bismillahirrahmanirrahim

Jumat, 05 November 2010

pantun lucu

hati siapa tak bimbang
situ botak minta dikepang


Buah kedondong Buah atep
Dulu bencong sekarang tetepp ..............


Buah semangka buah duren
Nggak nyangka gue keren


Buah semangka buah manggis
Nggak nyangka gue manis


Buah apel di air payau
Nggak level layauuuuuuu.....


Pohon kelapa, Pohon durian,
Pohon Cemara, Pohon Palem
Pohonnya tinggi-tinggi Bo!


Buah Nanas, Buah bengkoang
Buah jambu, Buah kedondong
Ngerujak dooooooooonggggggg...


Ada padi, Ada jagung
Ada singkong, Ada pepaya
Panen ni yeeeeeeeeeeeee!


Disini bingung, Disana linglung
mangnya enak, engga nyambung....


Buah semangka berdaun sirih
Buah ajaib kali yah?????????


Jalan kaki ke pasar baru
Jauh boooooooooooo....


Jambu merah di dinding
Jangan marah just kidding


Jauh di mata,dekat dihati
Jauh di hati,dekat dimata
Jauh-dekat tujuh ratus perak


Nemu gesper, di pinggir jalan
Kalo laper, makan tu gesper


Men sana in corpore sano
Gue maen kesana,
Elo maen ke sono!


Disana gunung, disini gunung,
Ditengah-tengah bunga melati
Saya bingung kamu pun bingung
Kenapa ada bunga melati ???!?


Anak ayam turun ke bumi
Induk ayam naik kelangit
Anak ayam nyari kelangit
Induk ayam nyungsep ke bumi


Sayur asem sayur sop
laper nich


banyak-banyak menabung
kagak nyambung


dilangit ada tomat
sengit amat


buah kedong-dong buah tomat
Elu bodong amat


buah duren di pohon beringin
rese' banget tuch duren....


ayam kurus bulunya banyak
rugi banget yang beli.........


kakak monyonk adik memble
keturunan jelek kali ye...

mukenah ajaib!

keluarga Ini Selamat Dari Merapi Berkat Mukenah dan Sajadah !!
Posted on 29 Oktober 2010 by HilMy !nfo


gambar : Ponimin-calon pengganti Mbah Marijan

Ajaib, Ponimin bersama 7 anggota keluarganya selamat dari musibah awan panas atau wedhus gembel Merapi. Calon kuat pengganti Mbah Maridjan ini berlindung di bawah mukena istrinya, Yati, sambil memegang Alquran.

“Yang ajaib, mukena yang buat tudungan itu dan hanya buat salat itu, bisa untuk nutup kita bertujuh. Semuanya anak dan istri saya di tangan kanan kiri semuanya megang Alquran,” kata Ponimin (50) saat ditemui wartawan di rumah dr Ana Ratih Wardani, di Kaliadem, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Jumat (29/10/2010).

Ponimin bercerita, saat itu, Selasa (26/10) sore dia tengah berada di beranda rumah. Semua pintu terbuka, sehingga dia bisa jelas melihat istrinya tengah mengaji. Ketika magrib datang, dia melihat istrinya berbicara dengan seseorang.

Ponimin mendengar suara, istrinya berucap, “Jangan Mbah, jangan Mbah” terang Ponimin menirukan suara istrinya, Yati.

Rupanya, sosok gaib yang berbicara dengan istrinya itu adalah sosok laki-laki tua mengenakan batik lurik Jawa dan blangkon yang biasa mendatangi keluarga mereka. Lelaki tua itu berucap hendak menghancurkan Yogyakarta. Mendengar ucapan istrinya, lelaki tua itu marah.

“Lalu saya melihat asap dan api mengejar istri saya, dan saya masuk ke dalam. Istri saya kemudian tudungan dengan mukena bersama 2 anak dan menantu saya dan 2 cucu saya. Saya langsung masuk ke dalam, setelah itu tiba-tiba pintu tertutup, saya pun langsung masuk ke tudungan mukena,” jelasnya.

Di dalam tudungan mukena biasa untuk salat istrinya itu, mereka memegang Al Quran dan berzikir. Hawa panas mengitari mereka. “Saya lihat api di mana-mana,” imbuh Ponimin.

Hingga kemudian setelah terasa aman, dia menghubungi kawan-kawannya yang di pengungsian melalui telepon seluler untuk minta bantuan. Tapi tidak ada yang datang, karena udara masih panas. Teman-teman yang dia hubungi malah memintanya bersabar. Namun seorang teman, pandu itu akhirnya datang dengan menumpang mobil seperti Jeep.

“Kami lantas keluar rumah dengan panas terasa di kaki. Ketika kendaraan jalan, tidak bertahan lama, karena bannya keburu meledak,” terangnya. Rombongan itu lantas kembali ke rumah. Di rumah mereka mengambil sajadah dan bantal. Dengan alat itu mereka keluar lagi mencari pos pengungsian.

“Dengan memakai bantal dan sajadah, yang dipakai sebagai alas dengan estafet, akhirnya berhasil sampai di tempat aman,” ujar Ponimin yang rumahnya sekitar 200 meter dari Mbah Maridjan, namun beda dusun.

Jarak dari rumah dia ke tempat aman sekitar 2 km. Bantal dan sajadah dipakai alas dengan bergantian, yang paling belakang memberikan sajadah atau bantal ke yang terdepan untuk digunakan, demikian seterusnya.

“Akhirnya setelah dua jam kami bertemu tim SAR,” imbuh Ponimin yang memakai cincin batu akik di jarinya dan tasbih di tangannya ini.

Ponimin mengalami luka di kaki. Telapak kakinya melepuh karena panas, terlihat seperti bisul mengandung nanah.

“Tapi alhamdulillah kami selamat,” ujar Ponimin yang dikenal sebagai “orang pintar” nomor dua setelah Mbah Maridjan di lereng Merapi ini.

Karena pengalaman ajaibnya ini, Keraton Yogyakarta pun menawari Ponimin menjadi kuncen Merapi menggantikan Mbah Maridjan. Namun Ponimin masih pikir-pikir menerima jabatan yang 3 kali lebih tinggi dibanding tugas abdi dalem yang disandangnya sekarang. Itu karena dia harus berikhtiar membangun rumahnya kembali yang porak poranda.
source : detiknews
Maha Besar ALLAH dengan segala Mukjizat Pertolongan kepada siapapun yang di Kehendaki Nya.